Minggu, 28 Juni 2015

TERANG

Demi matahari pagi kota ini

Aku yang masih ingin menyapamu lagi
Seperti dulu aku, yang tanpa pernah kau harus  mengerti
Bicara sekali lagi, setelah itu
Sungguh aku akan tetap pergi bahkan bila harus tergesa – gesa  berlari

Demi teriknya siang  di kota ini

Aku  berharap,  Aku yang berharap , Terus berharap
Kita kan biasa lagi menyapa lagi tanpa perlu mencurigai
Melihat engkau sekali lagi  hanya untuk sekali lagi
Suasana yang seperti biasa
Dan sangat biasa,

Demi langit biru gelap saat senja di kota ini

Kau kan melihat bukan aku,  Aku yang tak lagi ‘mencintai’
Karena ku harus terus mengerti sekaligus memahami
Bahwa ku mencintaimu tanpa bisa ku mengerti
Meski sering ku coba berfikir tuk memahami
Semakin tau pula bahwa ku tak bisa memahami ini


Senin, 16 Februari 2015

…But Gravity Always Wins, Radiohead

He used to do surgery for girls in the eighties but gravity always wins merupakan sepenggal lirik dari lagu Radiohead – Fake Plasic trees yang mereka rilis di album The Bends pada tahun 1995. Saya ingat ketika album mereka masuk dalam salah nominasi album terbaik di Grammy, 2009 (Kalau tidak salah) pembawa acara itu bilang ‘mereka adalah seniman yang membuat lagu bukan sekedar untuk di dengar menjadi wadah seni’ secara garis besar demikian. Radiohead adalah band jenius dengan filosofi pembuatan lirik yang tidak biasa.

Membahas tentang filosofi lirik tersebut,  saya akan membahas lirik tersebut berdasarkan salah satu sudut pandang otak saya dan pemahaman selama mendengarkan emosi pada lagu ini. Saya terus berfikir tentang visi dari lagu ini, mulai dari apakah mereka ‘Time Travel’ yang mampu menembus batas waktu, dan ini berlebihan , tapi melihat fenomena kepalsuan dunia ini mulai dari style, kosmetik, tanam alis, serta sampai kepada bedah plastik. Tentu saja ini mengobarkan uang yang banyak juga rasa sakit.

Bila  membahas gravitasi maka saya akan selalu teringat kepada kisah newton dan buah apel. Ketika Sir Isaac Newton melihat sebuah apel terjatuh ke tanah lalu dimulailah pengembangan hukum tentang gravitasi semesta, tidak ada satu hal pun  yang tidak terpengaruh oleh gravitasi dan gravitasi akan selalu menang terhadap hal itu.

Gravitasi mempengaruhi sistem aliran darah,hormon, kulit  serta seluruh bagian tubuh manusia bahkan manusia menua di pengaruhi oleh gravitasi. Sebagian manusia terus berusaha melawan hukum alam tersebut, mencoba segala macam kepalsuan menjadi bagian dari kehidupan mereka terus membohongi diri atas nama keindahan, puja – puji sesama manusia , hingga mereka lupa bahwa alam (kematian) mempunyai hukum mutlak yang tidak bisa di tawar. Saya teringat salah satu kutipan di film Godzila ‘alam akan selalu menemukan cara untuk kembali seimbang’.

Manusia terlalu sibuk dengan ukuran keindahan semu ini, terus mempertahankan keadaan hingga ambisi tentang kehidupan dunia yang abadi, segala hal yang abadi adalah menarik untuk di bicarakan. Keindahan merupakan perspektif individu, namun melawan alam bukanlah pilihan bijak karena kita pada akhirnya takkan bisa pergi dari perputaran kehidupan ini,  manusia lupa bahwa akhir dari itu semua adalah kemenangan mutlak dari gravitasi.

Gravitasi Always Wins.


Rabu, 11 Februari 2015

Pesan

Genta yang memecah keheningan semesta

     Indahnya adalah harapan dari kesepian

          Tempat kembalinya milyaran bintang

              Andromedapun tak setara keindahannya


Putih tiap lembaran yang kubuka di tiap lembarnya

     Rasio dari pelayar yang kehilangan arah mata anginya

          Angkasa yang  luluh lantah apabila menatap keindahannya


Terjalah jalan menitinya juga jalan menemukannya

     Intan adalah masa lalunya yang ku harapkan retak

          Walau harus titik demi titik ku hujamkan godam

                                    Ingkrah dari manusia yang telah runtuh egonya

Minggu, 08 Februari 2015

Sayap

Aku teriakan  lantang agar kau pergi, karena ku akan segera ‘pergi ‘
sebuah pernyataan sedih ‘ku tak ingin kau mati’
Aku terlempar jauh dan terjatuh
separuh sayapku telah rusak tak mungkin terbaiki lagi

Kau tetap menolaknya ,
Dan kini aku terjatuh diantara ranting tajam pohon kering musim gugur
dalam jangkauan para pemanah tak bersayap
aku tak lagi mampu menghindar
kau tetap menolak untuk pergi

Kini aku berteduh dari jutaan partikel berbisa yang turun dari langit di balik sayapmu,
lenganmu mendekapku erat dari dinginnya hari itu,

‘Bisa’ tetap membasahi seluruh tubuh kita.
Kau tak menjauh
Aku tertolong dari senyawa yang terus membekukanku

Sayapmu ikut berdarah,
namun kau tak sedikit bergerak dari mendekapku.
Kau pejamkan mata
Dalam Irama ketukan  nafasku yang masih naik turun mengikuti tempo  nadir

Malam semakin larut,
Hujan itu mereda.
Namun tak ada jalan untuku pulang.
Rasa lapar mulai menghinggapi,
Tak ada satu inchipun bagian tubuh kita yang tak terbasahi
Kita seperti membatu.
Takkan kubiarkan kau ikut mati,

Kupatahkan sayap terakhir ku saat kau tertidur mendekapku,
Ku bakar untuk menghangatkanmu dari kelelahan
minumlah ini untuk melepas dahagamu namun tetaplah tutup matamu
tanpa sedikitpun  kau tau itu darah dari sayap disela tulang terakhirku

Kutadahkan kepalaku ke langit, dalam kepungan ribuan anak panah
Ku bisikan kata terakhir beberapa detik sebelum panah terlepas dari busur.
“Tetaplah kau hidup berdoalah untukku di hidupkan kembali bersamamu dalam ketidak terbatasan”